JellyPages.com

23 September 2014

Dia yang Tak Kan Kembali Bermain

Dia. Dia adalah seseorang yang tidak pernah terlihat oleh sepasang mataku. Betapa tidak kusadari bahwa dia selalu hadir di pikiranku. Entah apa yang telah mengundangnya untuk datang. Dan entah apa yang bisa mengajaknya bermain dan takenggan untuk pulang. Suatu saat aku tersadar dengan apa yang telah terjadi. Mengapa semua itu bisa terjadi? Dan bagaimana cara untuk menghentikannya? 

Semua ini bermula sejak saat itu, untuk pertama kalinya pandanganku tak terlepas darinya tanpa sempat bibir menyapa dan tangan berkenalan. Hebatnya aku bisa mengetahui semuanya. Entahlah tapi aku merasa menang. Saat itu juga mulai terdengar desiran hati yang masih bimbang apa yang kurasakan. Aku menyukainya, untuk pertama kalinya untukku merasakan getaran itu untuk seseorang yang baru kukenal. Rasanya sungguh tidak mungkin. Tetapi, itulah yang terjadi. Aku beranggapan untuk menghindar dan terus menghindarinya. Sampai suatu ketika, kutemukan sebaris informasi dari sebuah media yang tertulis disana, bahwa dia, seseorang yang mencuri perhatianku telah memilih seseorang untuk memilikinya. Tanpa diperintahpun rasanya longsor datang secara tiba-tiba menghancurkan segala yang dilewatinya. Hatiku. Ya, aku merasakaan patah hati untuk yang pertama kalinya. Dan hal inilah yang memberi tahuku bahwa memang benar, cinta lah yang telah datang padaku. 

Tak seharusnya untuk masih memikirkan atau bahkan mengharapkan dia yang sudah pergi atau bahkan tidak pernah datang untukku. Meski ia pernah merespon dan menerima kedatanganku dan dia kembali pergi. Kucoba jalani tahun-tahun selanjutnya tanpa menginginkan dia masih bermain di otakku. Masih banyak orang-orang yang silih berganti datang menemaniku walaupun berakhir sama. Mereka pergi. Namun setidaknya, mereka pergi dan sebelumnya pernah datang untukku. Untuk pertama kalinya setelah ia pergi jauh, tidak dia tidak pergi dariku tapi akulah yang berlari darinya. Untuk pertama kalinya, ia datang menemuiku. Memang tidak secara fisik, namun hatinya yang tiba-tiba saja datang. Mungkin selama ini, selama aku tak pernah melihat dirinya lagi, perasaan yang aku pikir sudah pergi ternyata tidak pernah ingin melarikan diri. Ia bersembunyi di sela-sela hati yang apabila datang seseorang di hatiku, yang lalu orang itu menguasai hatiku. Mungkin ia takut untuk keluar atau memang ia tidak ingin keluar. Atau bahkan aku yang tidak maksimal membawanya keluar. Aku tidak tahu. Yang pasti, ketika dia datang dan tiba-tiba saja perasaan itu muncul kembali ke permukaan hati. Dan sejak saat itulah aku merasa dia benar-benar datang kembali untukku. Untuk menghapus kesalahanku yang terdahulu. 

Namun, tidak butuh waktu lama. Aku pikir selama ini rasa itu selalu bersembunyi di semak-semak hatiku. Dan selama itu juga banyak orang yang bermain di semak itu. Dan membuat aku lupa akan perasaan yang dulu ada. Perasaan suka dariku untuknya ternyata perlahan menguap dan aku pikir sudah saatnya untuk menghentikan semua sebelum terlambat. Aku mengerti. Dan aku mulai membuka kembali pintu perjalananku sampai akhirnya datang seseorang yang kupikir tepat saat itu. Perjalanan waktu yang cukup lama untuk meyakinkanku membawa orang itu masuk lebih jauh dalam hidupku. Tetapi, lama setelah itu juga aku mulai mengetahui bahwa sebenarnya orang itu tidak tepat untukku. Aku telah mantap mengatakan bahwa orang itu bukan untukku. Karena selama terlepas dari belenggu cinta dan kasih yang telah ia berikan, aku yakin dengan sangat bahwa sebenarnya bukan orang yang aku butuhkan. 

Kemudian si dia yang dahulu datang kembali. Entah apa yang membuatku kembali memperhatikannya. Dan aku berhasil untuk membawanya masuk terlalu jauh dalam diriku. Aku mencoba untuk membiarkannya bermain sesukanya di halaman hidupku. akan tetapi, tak dapat kupungkiri terkadang dia mencoba masuk dan bahkan memintaku untuk mengizinkkan masuk ke dalam koridor hidup. Entah apa yang dia berikan padaku. Dia selalu berhasil untuk menghipnotisku dan membuatku tidak bisa berkata tidak untuk menolak apapun permintaannya. Memang, namun aku merasa bangga bahwa meskipun aku membiarkannya masuk tetapi aku telah bisa mengawalnya untuk tidak masuk lebih dalam. Ruang tamu kehidupanku rasanya sudah mulai penuh dengan tingkahnya. Apapun tentang dirinya. Meski terkadang masih saja sekelibat cerita tentang orang yang pernah ada. Tidak. Orang itu masih ada. Mungkin dia terperangkap di ruang bawah tanah ketika menyimpan perasaan dan tidak tahu dimana pintu keluar. Dia mulai akrab dengan kehidupannku dan aku mulai nyaman dengan kedatangannya. Terkadang aku berpikir apakah memang ini saat yang tepat? Bagaimana tidak, dia lah yang pertama kali membuatku merasakan apa yang belum pernah aku rasakan. Dia lah yang pertama kali mengajarkanku tentang aku yang sebenarnya aku rasakan. Dan dia lah orang pertama yang membuatku tahu dan merasa sakit atas akibat apa yang aku rasakan terhadapnya. Sakit hati. 

Tapi aku tak pernah berharap lebih. Dan aku juga belum berani membawanya lebih dalam walau hanya untuk masuk ke ruang tengah. Karena pada hari-hari tertentu, ia memintaku agar ia bisa bermasin dengan orang-orang di sekitar. Atau sekedar hanya berjalan di taman untuk mengenal orang lain. Dan juga tidak jarang dia pergi ke rumah orang dan berhasil menginap disana. Dan saat itulah aku merasa sendiri. Rasanya rumah kehidupanku sangatlah sepi tanpa kehadirannya. Dimana setiap apapun yang aku alami dan aku jalani pastilah dia masuk dalam daftar Who Have To Know-ku. Ya, dia selalu mendapat berita dariku. Apapun itu. Baik buruk ataupun baik. Dia selalu menjadi pendengar setiaku. Aku bahagia sampai-sampai aku lupa kalau pada waktu yang lama itu aku pernah kecewa karenanya. Tapi, rasanya tidak aku permasalahkan. Apakah ini yang dinamakan Cinta Lama Bersemi Kembali? Oh tidak, aku harus segera meluruskan ini. Dan benar saja. Rasa itu kembali lagi. Cinta itu datang lagi. Aku bingung. Bukan bingung. Tapi aku memang tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Dan akhirnya aku termenung dalam diam sampai dia berani untuk memulai. Telah selesai kami luruskan masalah itu. Tentang perasaan itu. Yang ternyata tidak saja hanya aku yang merasakannya kembai, dia juga mendapatkan perasaan yang sama, akunya padaku. Sempat membuatku terkejut, tapi aku berusaha bersikap tenang tanpa menggubris masalah ini lebih panjang dan akhirnya akan semakin rumit. 

Suatu malam, ia meminta izin untu menginap di rumah kehidupan milik orang lain. Tidak ada hak bagiku untuk melarangnya. Sampai ketika dia mengaku senang bermain disana dan berjanji untuk lebih sering datang. Aku mulai teriris, rasanya perih dan sakit. Memang tidak seperih goresan pisau ketika mengupas buah. Namun sakitnya lebih dari jatuh terpeleset di lantai basah. Aku semakin rancu. Memang sesekali dia masih bermain di ruang tamuku. Suatu hari aku mengetahui yang sebenarnya. Bawa sebelum meminta untuk bermain di rumah kehidupanku, ternyata dia lebih dulu bermain dirumah kehidupan orang itu. Aku memang mengetahuinya tapi tidak sedalam itu. Bahkan sampai mengetahui bahwa dia lebih nyaman bertandang ke ruang tamu orang itu dari pada milikku. Yang juga dia sudah sempat bermain sampai ke ruang tengah disana. Aku mulai kecewa dan menyesal. Memang seharusnya dahulu kututup rapat pintu kehidupan cintaku dan biarkan aja dia bermain mengais bunga di halaman atau mengetuk-ketuk pintuku. Tapi tak pantas meratapinya karena memang ruang itu terlanjur kotor dengan pijakan sepatunya. Aku memang tidak mencoba mengusirnya pergi karena memang aku belum siap untuk melihatnya pergi lagi. Untuk kesekian kalinya. Dan aku baru berusaha mengerti akan keadaan yang mulai mengalir. Dia datang untuk yang pertama kalinya. Kemudian pergi begitu saja tanpa mengajakku untuk merasakan keindahan. Lalu bertandang sejenak untuk kemudian pergi lagi. Dan bermain sesekali ketika aku sudah memiliki rumah kehidupan yang sesungguhnya. Tapi dia memilih rumah kehidupan milik orang lain yang lebih pantas dariku mungkin. Untuk itu, untuk kali ini dia pergi atas kehendaknya sendiri. Ntah karena tak ingin mengganggu dan mengotori ruanganku lagi atau mungkin memang tidak ingin lagi melihatku. Memang cukup mengagetkan tapi lagi-lagi aku mencoba mengerti keadaan. Dan sekarang, aku sendiri tanpa dia datang bermain. Tiba-tiba aku teringat orang yang tersesat itu, apakah dia sudah menemukan pintu keluarnya? Tunggu saja sampai waktu yang menjawab.